Keren, Asyik, Moderen, Santun.
Tren makanan halal semakin berkembang di Amerika Serikat (AS) sejak pertama kali dikenalkan para imigran pada awal abad ke-14. Makanan halal tak hanya identik dengan umat Islam, melainkan juga diminati warga nonmuslim di AS.
Fenomena tersebut diceritakan Sururoh Uthman, peserta program pertukaran Community Engagement Exchange (CEE) dari International Research & Exchanges Board (IREX) yang saat ini berada di AS.
"Orang nonmuslim banyak juga di restoran muslim," ujarnya dalam acara diskusi Ramadan bertema "Muslim Communities and Halal Food Culture in the US" yang diselenggarakan daring oleh Kedutaan Besar AS di Jakarta, Kamis (21/3/2024).
"Banyak orang nonmuslim di sini yang tidak makan pork (babi)," ujarnya.
Wanita yang akrab disapa Ruru ini menceritakan teman-temannya di AS banyak yang tidak makan babi. Seperti diketahui, babi termasuk makanan nonhalal dalam Islam.
Cerita Ruru tentang warga AS ini senada dengan riset peneliti muslim asal AS Dr. Abdelhadi Halawa. Dalam risetnya ia mengungkap warga nonmuslim di AS suka mengonsumsi makanan halal bukan tanpa alasan. Mereka menilai produk halal itu alami, murni, sehat, etis, dan higienis.
"Konsumsi dari makanan halal tidak hanya muslim Amerika saja tapi juga nonmuslim, sudah berkembang. Kata halal memiliki representasi positif, nonmuslim menyukai produk halal karena natural, sehat, dan higienis," bunyi temuan riset Halawa yang disampaikan pihak Kedutaan Besar AS di Jakarta.
Dalam riset yang dipublikasikan pada 2018 itu, Halawa menemukan fakta bahwa makanan halal semakin menarik dan mendapat penerimaan yang lebih besar di kalangan konsumen nonmuslim Amerika.
Menurut temuan data dosen di Millersville University itu, sejak tahun 1990-an penjualan makanan halal telah meningkat tak sebatas di kalangan muslim di AS yang tumbuh pesat, melainkan juga di kalangan generasi milenial AS nonmuslim. Generasi ini menjadikan makanan halal sebagai alternatif makanan yang lebih sehat dibandingkan makanan cepat saji dan makanan olahan.
Penjualan makanan halal di AS sendiri juga semakin meningkat dan tersebar di sejumlah pusat perbelanjaan. Ada sejumlah lembaga dan badan sertifikasi makanan halal yang mengatur, menjaga, menegakkan, dan menerbitkan sertifikat bagi bisnis makanan halal di sana.
Sumber: DetikCom